Photobucket

03 Desember 2009

Kuchisake-onna (口裂け女) atau wanita bermulut robek

Kuchisake-onna (口裂け女) atau wanita bermulut robek adalah sejenis siluman dalam mitologi dan legenda urban Jepang. Ia berwujud seorang wanita yang menutup mulutnya yang robek dengan kipas, syal atau masker operasi (versi yang paling populer). Ia sering muncul di jalan-jalan yang sepi dan bertanya pada orang yang ditemui apakah dirinya cantik. Bila orang itu menjawab tidak atau ketakutan melihat wujud seramnya ia akan membunuh orang itu.
Dalam legenda, Kuchisake-onna tadinya adalah seorang wanita muda yang hidup pada Zaman Heian. Kemungkinan ia adalah seorang istri atau selir samurai. Ia dikaruniai wajah yang sangat cantik namun sombong, ia juga sering berselingkuh di belakang suaminya. Suaminya merasa sangat cemburu dan dikhianati menyerangnya dan membelah mulutnya dari kuping ke kuping. “Sekarang siapa yang akan berkata kau cantik?” ejek suaminya.
Sementara dalam versi legenda urban, Kuchisake-onna adalah seorang wanita korban operasi wajah yang gagal. Konon katanya, dokter yang mengoperasi wajahnya memakai pomade (jenis minyak rambut) dengan bau yang menusuk. Ketika sedang dioperasi ia tidak bisa tenang karena bau itu sehingga si dokter secara tidak sengaja memotong mulutnya hingga robek. Wanita itu menjadi histeris dan marah lalu membunuh dokter itu. Belakangan ia dibunuh oleh para penduduk kota dan menjadi hantu penasaran. Ada beberapa versi lain mengenai asal-usulnya namun kurang populer, misalnya:
• Korban kecelakaan lalu-lintas yang wajahnya rusak.
• Seorang wanita yang mengalami gangguan kejiwaan sehingga merobek mulutnya dengan benda tajam.
• Seorang wanita korban pemerkosaan yang mulutnya dirobek oleh si pemerkosanya atau ia sendiri yang melakukannya setelah menjadi gila karena perkosaan itu.
• Seorang wanita yang leluhurnya memperoleh uang haram dengan menyembah siluman anjing sehingga anak cucunya dikutuk bermulut robek dan bila mati akan menjadi siluman.
Kuchisake-onna menutupi mulutnya yang robek dengan masker operasi dan sering bergentayangan di kota pada waktu malam, terutama ketika sedang berkabut. Bila bertemu seseorang (terutama anak-anak atau mahasiswa) di jalan yang sepi, ia akan bertanya, “Apakah saya cantik?” (Watashi kirei?) .Bila orang itu menjawab “ya”, ia akan membuka maskernya dan bertanya lagi, “Bahkan bila seperti ini?” Pada saat itu, bila si korban yang biasanya terkejut dan takut menjawab tidak, ia akan membunuhnya dengan gunting, golok, sabit, atau senjata tajam lainnya. Bila si korban tetap menjawab ya setelah melihat wajahnya di balik masker, ia akan gembira dan membebaskannya, namun ada juga yang mengatakan walaupun korban melakukan itu, Kuchisake-onna mengikutinya sampai ke rumah baru akan membunuhnya di depan pintu rumah si korban. Bila korbannya wanita, Kuchisake-onna akan merobek mulutnya hingga serupa dengannya, bila korbannya anak-anak, ia akan memakannya.
Legenda urban yang populer pada tahun 70’an mengatakan bahwa korban akan selamat bila ia menjawab “biasa saja”. Sementara versi tahun 2000an mengatakan bahwa korban akan selamat bila menjawab, “begitulah” sehingga Kuchisake-onna bingung dan berpikir dulu apa yang akan ia lakukan, saat sedang bingung itulah korban mempunyai kesempatan untuk kabur. Cara lain untuk lolos dari Kuchisake-onna adalah dengan menawarkannya permen keras berwarna kuning tua karena ia menyukainya namun tidak bisa menikmatinya sehingga mengingatkannya lagi pada penderitaannya. Selain itu bisa juga dengan mengucapkan “pomade” sebanyak tiga kali, ada yang menyebutkan enam kali. Ucapan itu akan membuatnya takut dan kabur karena mengingatkannya kembali pada ahli bedah yang merusak wajahnya. Korban juga bisa memakai pomade untuk mencegahnya mengikutinya.



hoshi no tama

Penggambaran kitsune dan korbannya sering mengikutsertakan benda putih yang disebut “bola bintang” (hoshi no tama) berbentuk bulat atau seperti bawang. Dalam dongeng, permata hoshi no tama berselimutkan api disebut kitsune-bi (api rubah). Di dalam sebagian cerita, hoshi no tama digambarkan sebagai mutiara atau permata yang memiliki kekuatan sihir. Ketika sedang tidak berubah wujud menjadi manusia atau merasuki manusia, kitsune menggigit hoshi no tama atau membawanya di bagian ekor.[14] Permata merupakan simbol yang lazim ditemukan pada Inari, dan rubah suci Inari sangat jarang digambarkan tidak memiliki permata

Sebagian orang percaya, sebagian kekuatan kitsune berada di dalam permata “bola bintang” ketika kitsune berubah wujud. Cerita lain menggambarkan mutiara sebagai perlambang nyawa kitsune. Kitsune akan mati jika terlalu lama terpisah dari mutiaranya. Orang yang berhasil mengambil bola kitsune, kabarnya bisa menukar bola tersebut dengan kekuatan sihir yang dimiliki kitsune. Dalam dongeng abad ke-12, seorang laki-laki berhasil mengambil bola kitsune dan mendapat imbalan ketika mengembalikannya:

“Kau terkutuk!” maki sang rubah. “Kembalikan bolaku!” Tapi laki-laki itu mengabaikan permohonan kitsune, hingga kitsune berkata sambil menangis, “Baiklah, kau boleh ambil bolaku, tapi bola tersebut bakal tidak ada gunanya buat kau, kalau kau tidak tahu cara menggunakannya. Bagiku, bola itu adalah segala-galanya. Aku peringatkan, kalau kau tidak mau mengembalikannya, kau bakalan jadi musuhku selamanya. Tapi bila kau mau mengembalikannya, aku akan terus mendampingimu bagaikan dewa pelindung.”

Nyawa laki-laki tersebut kemudian diselamatkan sang rubah yang membantunya melawan gerombolan bandit.



kitsunetsuki (狐憑き atau 狐付き, kitsunetsuki)

Istilah kitsunetsuki (狐憑き atau 狐付き, kitsunetsuki) secara harafiah berarti kerasukan kitsune. Korban biasanya wanita muda yang kemasukan kitsune dari bagian kuku jari atau melalui bagian buah dada.

Pada beberapa kasus, wajah korban konon berubah sedemikian rupa hingga menyerupai rubah. Menurut tradisi di Jepang, kalau orang Jepang yang buta huruf sedang kerasukan kitsune, orang tersebut bisa melek huruf untuk sementara waktu.

Ahli cerita rakyat Lafcadio Hearn mengisahkan peristiwa kerasukan kitsune dalam volume pertama buku karyanya Glimpses of Unfamiliar Japan:
Aneh memang kegilaan orang yang dirasuki iblis rubah. Kadang-kadang mereka berlarian telanjang sambil berteriak-teriak di jalanan. Kadang-kadang mereka tidur-tiduran dengan mulut berbuih dan menyalak seperti rubah. Dan di bagian tubuh orang yang kerasukan, terlihat benjolan yang bergerak-gerak di bawah kulit yang kelihatannya memiliki nyawa sendiri. Bila ditusuk dengan jarum, benjolan tersebut langsung berpindah ke tempat lain. Benjolan tidak bisa dicengkeram, lepas bila ditekan dengan tangan yang kuat dan lolos dari jari-jari. Orang yang sedang kerasukan kabarnya bisa berbicara dan menulis bahasa yang mereka tidak kuasai sebelum kerasukan. Mereka hanya memakan makanan yang dipercaya disenangi rubah, seperti — tahu, aburagé, azukimeshi, dan lain lain. Mereka juga makan banyak sekali dan membela diri bahwa yang sedang makan itu bukan mereka, tapi arwah rubah.

Lafcadio Hearn menambahkan bahwa orang yang sudah terbebas dari kerasukan kitsune bakal tidak doyan lagi makan tahu aburage, azukimeshi, atau makanan lain yang digemari rubah.

Upacara mengusir setan dilakukan di kuil-kuil Inari untuk membujuk kitsune agar mau keluar dari tubuh orang yang sedang dimasukinya. Di zaman dulu, kalau usaha lemah lembut membujuk rubah tidak berhasil atau pendeta kebetulan tidak ada, korban kitsunetsuki dipukuli atau dibakar sampai terluka parah agar kitsune mau keluar. Kalau ada seorang anggota keluarga yang kerasukan, seluruh anggota keluarga korban diasingkan oleh masyarakat.

Di Jepang, kerasukan kitsune (kitsunetsuki) sudah dianggap sebagai penyakit sejak zaman Heian dan merupakan diagnosis umum untuk gejala penyakit mental hingga di awal abad ke-20. Kerasukan digunakan sebagai penjelasan kelakuan abnormal dari penderita. Di akhir abad ke-19, Dr. Shunichi Shimamura mencatat beberapa gejala penyakit yang disebabkan demam sering dianggap sebagai kitsunetsuki.

Dalam istilah kedokteran, kerasukan kitsune merupakan gejala penyakit mental yang khas dalam kebudayaan Jepang. Pasien percaya dirinya sedang dirasuki rubah. Gejala kerasukan kitsune di antaranya selalu ingin makan nasi atau kacang azuki, bengong, gelisah, dan menghindari tatapan mata orang lain. Penyakit kerasukan kitsune mirip tapi berbeda jauh dari lycanthropy (manusia serigala).

japan - tokyo tower

Benarkah menara Efiel adalah menara terindah di dunia? kalau dibandingkan dengan menara Tokyo atau tokyo tower kira-kira bagus mana ya?. Tokyo Tower atau Tokyo Tawaa, menara kebanggaan warga Tokyo dan sekitarnya.Tokyo Tower dibangun oleh Takenaka Corporation dengan biaya 2,8 Miliar Yen. Dari segi bentuk, Tokyo Tower menyerupai menara Eiffel. Bedanya terletak pada ketinggian dan bobot menara. Tinggi Tokyo Tower mencapai 333 meter, menara Eiffel 320 meter. Karena ketinggiannya itulah, Tokyo Tower dinobatkan sebagai menara baja tertinggi di dunia. Sedangkan bobot Tokyo Tower berkisar 4000 ton, sementara menara Eiffel 7000 ton. Kenapa berat Tokyo Tower lebih ringan? Karena proses pembangunan dan pembuatan bajanya memakai teknologi tinggi. Berdasarkan peraturan keselamatan penerbangan, Tokyo Tower harus berwarna oranye internasional plus warna putih di bagian tertentu. Konon untuk mengecat Tokyo Tower diperlukan cat sebanyak 140 drum atau sekitar 28.000 liter. Tak hanya berfungsi sebagai pemancar puluhan televisi dan 5 radio FM, menara Tokyo Tower pun dipakai perusahaan KA East Japan Railway sebagai tempat menaruh antena radio sistem darurat kereta api. Begitupula dengan Kantor Lingkungan Hidup Metropolitan Tokyo meletakkan beberapa alat pengukur di badan Tower.

Hebatnya, meski banyak piranti penunjang komunikasi menempel di menara ini, Tokyo Tower ternyata menarik perhatian ribuan wisatawan. Alasannya, meski hanya sebuah menara, Tokyo Tower ternyata menawarkan berbagai pesona.Pada bagian bawah tower terdapat Tokyo Tower Building setinggi lima tingkat. Dari lantai ke lantai menyuguhkan pemandangan luar biasa. Di lantai pertama terdapat akuarium yang berisi 50.000 ikan hias. Sementara di lantai-lantai berikutnya terdapat Wax Museum, the Mysterious Walking World, Trick Art Gallery (pameran lukisan 3 dimensi), panggung pentas Club 333, restoran dan tempat berjualan cinderamata. Jadi begitu kita menjejakkan kaki di sini, semua bisa dinikmati, termasuk belanja oleh-oleh. Khusus di lantai 5 tertutup bagi umum, karena dipenuhi perangkat penyiaran dari berbagai stasiun televisi.Bosan di lantai dasar? Ayo kita naiki menara! Dengan lift pengunjung bisa mencapai ruang observasi di puncak menara, tepatnya berada di ketinggian 120 meter-125 meter. Dari ruang observasi ini kita bebas menatap keindahan Tokyo berikut gedung pencakar langitnya, keruwetannya, kepadatannya, kawasan pemakamannya serta kemegahan istana kaisar. Satu lagi ruang observasi berada di ketinggian 223 m. Selama sepuluh tahun ruangan itu digunakan sebagai ruang penyimpanan alat-alat penyiaran.

Tepat di tahun 1968 terbuka untuk umum. Bila cuaca cerah, beberapa kawasan lain yang jauh dari Tokyo jelas terlihat, termasuk gunung Fuji, gunung Hakone, gunung Tsukuba, dll.Kala matahari tenggelam hingga tengah malam, Tokyo Tower memancarkan gemerlap cahaya indah. Cahaya ini berasal dari ratusan lampu berwarna yang tertata di badan menara. Warna lampu-lampu itu di tata sedemikian rupa berdasarkan musim atau tema tertentu. Misalnya lampu oranye menyala di musim semi, gugur, dan dingin, lampu putih dinyalakan pada saat musim panas. Sistem penerangan ini dilakukan sejak 1989.